Kuningan sendiri merupakan rangkaian hari raya Galungan, yang dirayakan sepekan sebelum Kuningan. Kedua hari raya tersebut dimaknai oleh umat Hindu Bali sebagai ucapan syukur atas kemenangan Dharma melawan Adharma, yakni kebaikan melawan kejahatan.
“Galungan dan Kuningan menyatu. Ketika Galungan, Ida Batara itu datang, dan kemudian saat Kuningan Dia kembali ke istananya” ujar I Wayan Astawa, penglingsir (tokoh adat) Desa Pakraman Serangan, Sabtu, 18 Desember 2010.
Untuk memperlancar jalannya upacara keagamaan tersebut, pihak Desa Serangan maupun Pura Sakenan telah menyiapkan sekitar 50 orang Pemangku, baik pria maupun wanita.
Secara berkelompok, ribuan umat Hindu berdatangan dan bergantian melakukan sembahyangan. Mereka tidak hanya dari Denpasar, namun juga dari berbagai penjuru pulau Bali, seperti Buleleng, Tabanan, Karangasem, dan lain-lain.
“Kadang-kadang Hindu Jawa juga ada yang datang untuk merayakan Kuningan dan Piodalan disini,” kata Astawa.
Seluruh penjuru pulau Bali bersembahyang di Pura ini selain untuk merayakan Kuningan, namun juga hari kelahiran Pura. Di Bali hari kelahiran dihitung setiap 6 bulan sekali secara penanggalan Bali. Hal tersebutlah membuat Pura Sakenan yang terletak di Pulau Serangan ini menjadi spesial karena selalu bertepatan dengan hari Kuningan.
Dari pantauan VIVAnews, ramainya Pura Sakenan inipun cukup menjadi perhatian beberapa wisatawan asing yang ingin mengabadikan momen tersebut di kameranya. Bahkan beberapa diantara turis asing itu ikut mengenakan pakaian adat Bali agar bisa masuk ke area pura. (Laporan : Peni Widarti | Bali | kd)
